CERITA LAMA DARI TEMAN LAMA

Wanita itu tiba-tiba saja sudah berdiri di depan pintu apartemenku. Teman lama, baru bersua kembali sejak tujuh puluh satu bulan lamanya. Katanya, ia sangat sibuk mengatur waktunya. Kubilang, tidak apa-apa, aku siap kapan saja bertemu dengannya.

Sembari kuajak masuk, ia mulai semringah bercerita kisahnya kini, tentang pekerjaan barunya, tempat tinggal barunya, dan tentu saja, suami barunya. Adrian, suami lamanya -yang dulu sempat kupuja- tidak ubahnya adalah lelaki pemalas yang tak bisa diandalkan. Berbeda dengan Samuel, yang pekerja keras dan mampu memenuhi segala kebutuhannya. Terlebih lagi, Samuel yang masih lajang rela meninggalkan pacar dan mau menerima statusnya yang janda beranak dua. Ia sempat bercanda -dan kuanggap kebenaran- tentang kehebatan susuk pemikat sukma, ia tertawa, aku hanya tersenyum masam.

Gantian, ia menanyaiku bagaimana, kapan dan apa. Kujawab sekenanya, karena tidak ada yang menarik dari kisahku, masih cerita lama. Kau pasti mau kukenalkan dengan rekan sekantorku? katanya tiba-tiba, seolah-olah tidak memberiku pilihan untuk menjawab tidak. Dilanjutnya lagi seperti sales yang menawarkan barang yang dijajakannya: dia baik, ganteng dan tentu saja sudah mapan. Kembali, aku tersenyum kecut.

Topik berpindah dengan cepatnya ketika ia mulai berkeliling apartemen yang baru saja kubeli setahun yang lalu. Ia suka dengan desain ruangnya yang kutata sendiri. Ia suka dengan ornamen jaring laba-laba di setiap sudut ruang tamu, serta nuansa serba hitam dan kelabu yang menguasai sebagian besar warnanya.

Kuajak ia berhenti sejenak di dapur, telah kusiapkan sedikit kudapan beserta minuman dinginnya. Tanpa sungkan, ia menerima ajakan. Tanpa ragu disantap dan diteguknya tanpa kecurigaan.

Sempat dikatakannya hidanganku enak, lalu kemudian kepala pening dan jatuh. Kutangkap matanya sedikit membelalak ketika ia melihat fotoku dan Samuel di lemari sisi dapur.

Selamat tinggal, teman lama. Sudah lama, aku tidak menganggapmu teman. Sejak dua kali kau merebut lelaki yang kuidam-idamkan.

Teman tidak makan teman. Tapi, malam ini, aku akan makan teman.

 

 

~HI, 14 Mei 2016, Jayapura, menulis kembali sebagai latihan menulis cerpen untuk proyek selanjutnya, ahelah kaku amat yak sekarang..~

 

Leave a comment